Wednesday, November 14, 2012

Masjid Raya Bandung


Sebagai salah satu kota dengan nilai sejarah dan kebudayaan yang tinggi, Bandung juga menyimpan bangunan-bangunan menarik yang masih berdiri kokoh sebagai salah satu bagian peristiwa sejarah. Satu diantaranya adalah Masjid Raya Bandung atau yang dahulu dikenal dengan nama Masjid Agung Bandung. Nah, kali ini Bandung Review akan sedikit mengajak kalian untuk mengenal lebih jauh sejarah berdirinya bangunan yang terletak di alun-alun kota Bandung ini.

Sejak pertama kali didirikan pada tahun 1810, bangunan awal masjid ini memiliki bentuk atap yang bersusun tiga mengikuti masjid-masjid yang ada di daerah Jawa. Hal itu terjadi bukan tanpa alasan loh, karena pada masa itu kerajaan Mataram Islam memberikan pengaruh yang cukup besar di Bandung.

Konsep arsitektur alun-alun yang kita temui sekarang memang kental dengan pengaruh Mataram Islam, tapi sebenarnya konsep tersebut masih mengikuti konsep alun-alun yang ada di Jawa.

Mungkin diantara kalian semua pernah mendengar istilah “ke bale nyungcung yuk!”, ada yang tahu asal-usul istilah tersebut? Sebenarnya istilah tersebut lahir dari Masjid Agung ini. Istilah tersebut digunakan oleh para pria untuk melamar gadis pujaannya. Karena pada saat itu, orang muslim yang ingin menikah pergi ke Masjid Agung dan kubah Masjid Agung saat itu berbentuk ‘nyungcung’, jadi lahirlah istilah tersebut.

Sebelum menjadi Masjid Agung yang sekarang, sebenarnya masjid ini sudah mengalami beberapa kali perombakan dalam kurun waktu dua abad terakhir. Salah satu perombakan yang drastis terjadi pada tahun 1955, menjelang dilaksanakannya Konferensi Asia-Afrika.

Ciri khas yang paling menonjol pada Masjid Agung ini yakni terdapat pada atap bertingkatnya yang diganti oleh kubah bawang khas daerah timur tengah. Konon menurut beberapa ahli sejarah di kota Bandung, desain masjid ini merupakan keinginan dari presiden pertama kita, Bapak Ir. Soekarno.

Sedangkan, perubahan nama Masjid Agung menjadi Masjid Raya terjadi pada tahun 2003 setelah dilakukan perombakan besar-besaran pada tahun 2000. Dan Masjid Raya Bandung yang kita kenal dan berdiri megah di alun-alun kota Bandung saat ini merupakan hasil renovasi yang dilakukan pada akhir tahun 2000.

Interior mesjid ini dibagi menjadi dua bagian, pertama ada ruang depan yang cukup luas. Biasanya digunakan untuk sholat, pengajian, pernikahan, atau tempat beristirahat bagi semua warga yang sedang singgah. Untuk bagian kedua ada ruang sholat utama, yang memiliki ruang yang cukup luas dan berlantai dua.

Jika kalian ingin tahu kira-kira seluas apa Masjid Agung pada zaman dahulu? Melalui ruang utama inilah kalian bisa mendapat sedikit gambaran, dan bisa dilihat sendiri betapa luasnya bangunan masjid dan halamannya sekarang setelah beberapa kali perombakan.

Sejak perombakan besar-besaran di tahun 2000, masjid ini sudah menyediakan basement yang dilengkapi dengan areal parkir dan kafetaria, yang awalnya bertujuan menampung para PKL disekitar lingkungan Masjid Agung, namun dengan alasan peluang ekonomi, banyak juga pedagang yang tetap saja bandel dan akhirnya berjualan disekitar halaman masjid daripada di basement.

Sampai saat ini, selain menjadi tempat berlangsungnya aktifitas peribadatan umat Islam, Masjid Raya Bandung juga menjadi salah satu bangunan bersejarah yang sering dikunjungi oleh wisatawan lokal dan asing, jadi melalui Masjid Raya ini juga, tidak ada salahnya kita selalu menjaga dan melestarikan nilai-nilai sejarah yang ada didalamnya. (SDS/Alfredho Sutarno)


Source : click here

No comments:

Post a Comment