Bandung, kota dengan beragam keunikan, mulai dari kuliner, budaya, tempat wisata, hingga bangunan-bangunan sarat sejarah. Seperti yang bakal kamu temui di sudut Jalan Tamblong (dekat dengan Jalan Asia Afrika dan Patung Adjat Sudrajat, pemain Persib Bandung yang jadi legenda). Mesjid unik dengan nama yang mungkin akan membuatmu berpikir dua kali. Dari namanya saja, pasti para pembaca Bandung sekalian sudah bisa menebak, berasal dari manakah bangunan yang tampak sangat eye-catching dan berada di dalam ruko yang berjejer di sekitar Jalan Tamblong 27, Kota Bandung ini. Yupiyup! Itulah Mesjid Lautze. Sebuah bangunan peribadatan bagi umat Muslim dengan nuansa unik, yaitu ornamen-ornamen khas etnis Tionghoa yang terpampang di setiap sudut bangunan, ditambah lagi dengan penggunaan warna yang didominasi oleh warna merah, dan namanya yang berasal dari bahasa Mandarin.
Lantas, apa yang membuat mesjid ini tampak begitu menarik ya? Hmm.. jika kamu pernah langsung berhadapan dan menginjak langsung bangunan ini, aura-aura akulturasi budaya lah yang terasa, penggabungan antara budaya Tionghoa dan budaya Muslim yang tercipta dalam sebuah bangunan. Pertama kali melihat eksterior bangunan ini saja, didominasi oleh warna merah cerah yang biasanya identik dengan warna bangunan Tionghoa (seperti vihara dan kelenteng) dan dinding dengan ornament khas bangunan Tionghoa berwarna kuning bergaris merah. Tetapi yang ajaibnya, terdapat sebuah kubah dan lengkungan khas peribadatan umat Muslim berwarna merah cerah pula – yang membuat kita yakin bahwa bangunan ini adalah masjid, tanpa harus melihat papan nama yang menggantung di depan pintu masuk. Begitu menapaki kaki ke dalamnya pun, interiornya berasa seperti di negeri Tirai Bambu sana, kawan! Warna merah menyala dan lampion yang unik. Konon katanya sih, desainnya dibuat sedemikian rupa agar para Muslim Tionghoa Bandung bisa merasa akrab, nyaman berada di sana.
Wow! Bagaimana ceritanya ya bisa berdiri sebuah mesjid dengan nama dan penggayaan yang cukup jarang terlihat di tanah Indonesia ini? Ternyata berawal dari peran Yayasan Haji Karim Oei (YHKO) – sebuah wadah pembinaan mualaf, termasuk bagi warga muslim keturunan Tionghoa, yang didirikan pada tahun 1991 dengan pusat di Jakarta. FYI, nama yayasan tersebut ternyata diambil dari nama (Alm) Haji Karim Oei yang merupakan seorang pendiri Persatuan Islam Tionghoa Indonesia, dan merupakan anggota dari Pengurus Majelis Ulama Indonesia Pusat. Eh iya, gosipnya juga Haji Karim Oei – yang baru menjadi mualaf (istilah bagi orang yang baru masuk agama Islam) pada tahun 2004 ini sangat akrab dengan Presiden Soekarno lho!
Kemudian berlanjut ketika pada Desember 1996 (yang bertepatan dengan bulan Ramadhan), para anggota YHKO bertemu sapa di Jakarta. Akhirnya sebagai hasil dari pertemuan hangat tersebut, pada Januari 1997, dibentuklah YHKO cabang Bandung, yang kemudian mengontrak bangunan bekas toko buku dan menjadikannya Mesjid Lautze 2 (mesjid Lautze pertama terdapat di Jakarta dan yang ketiga sudah ada di Tangerang) – yang juga merupakan sekretariat YHKO cabang Bandung.
Mesjid Lautze Bandung juga kerap menggelar kegiatan Islami, contohnya Kajian Islam Tiap Ahad (KITA) yang diadakan setiap hari Minggu. KITA menghadirkan tema-tema beragam, mulai dari tema religi seperti fikih dan tauhid hingga tema yang lebih universal seperti sosial, pendidikan, dan ilmu pengetahuan. Tujuannya mempererat hubungan antar jemaah sekaligus menambah wawasan. Kegiatan lain dikomandoi oleh Lautze Education Center (LEC) yang mengadakan pelatihan baca Al-Qur’an, bahasa Arab, bahasa Mandarin, dan pembinaan mualaf. Komunitas Lautze ini pun mulai merambah dunia maya, melalui Facebook dan websitenya. Serunya lagi, YHKO juga membuat merchandise-merchandise lucu khas Tionghoa Muslim seperti boneka, t-shirt, dan kaligrafi; cocok banget buat oleh-oleh orang-orang tercinta kamu!
Suatu karya indah yang menyadarkan kita bahwa indahnya perbedaan justru menghasilkan suatu budaya yang lebih dashyat! Mesjid Lautze Bandung pun telah membuktikannya! (CS)
Source : click here
Subhannalaahhhh, indah benar rupa mesji Lautze, kalo dari stasiun kota ada angkutan umum ke arah sana gak? Perbadaan itu AJAIB
ReplyDeleteAngkutan umum ada yg lewat :) ... share juga dong ceritanya di sini tentang kehidupan muslim di luar Indonesia.
ReplyDelete